Sabtu, 28 Oktober 2017

Kereta Perjalanan

Kehidupan adalah rangkaian perjalanan yang penuh dengan kejutan. Akan ada saatnya kita bertemu dengan orang-orang yang berbeda, pada tempat yang berbeda, pada kesempatan yang berbeda, yang nanti entah hanya berakhir sebatas tegur-sapa atau bahkan masuk dan menetap dalam lingkaran hidup kita.
Sejatinya, satu per satu dari mereka membawa pelajaran yang dititipkan Tuhan kepada kita. Tua, muda, pun anak-anak tak lepas dari bingkisan makna yang tertera di baliknya. Hanya saja, sadarkah kita?
image
Karena pada setiap pertemuan dan perpisahan, tugas kita adalah memaknainya, kewajiban kita adalah mensyukurinya, dan hak kita adalah mendapatkan hikmah darinya.
Lihatlah orang-orang di dalam kereta perjalanan hidup kita, lihat di depan, belakang, kiri, dan kanan kita. Tatap dan maknailah alasan Tuhan mengapa kita dipertemukan dengan mereka. Mengapa di dalam perjalanan hidup ini, kita ditakdirkan duduk bersama mereka.
Lagipula, kita tak perlu iri dengan kereta perjalanan orang lain, yang mungkin lebih mewah, yang mungkin berisikan orang-orang yang kita harapkan seharusnya ikut duduk dengan kita menikmati perjalanan bersama. Tak perlu seperti itu. Karena setiap orang sudah punya alur cerita dan tugasnya masing-masing, kita sendiri pun sebenarnya membawa sebuah titipan makna oleh Tuhan untuk orang lain yang kita temui. Sadarilah itu.

Pada akhirnya, ini bukan tentang perjalanannya, namun tentang bagaimana menjalani ini dengan sebaik-baiknya. 
 
Dan pada akhirnya, ini bukan tentang siapa yang bersama kita, namun tentang bagaimana diri kita bermakna untuk mereka yang ada di sekeliling kita. :)

Berkemas Hingga Lupa

Kau datang tanpa mengetuk, lalu masuk seolah tempat itu sudah kau anggap menjadi milikmu. Kau obati luka ini tanpa peduli bahwa detakku mulai berpacu sekian kali lebih cepat. Kau perbaiki sisi lain dari hati untuk dinyamankan hingga membuatku tercekat.

Entah apa maksudmu, tetapi aku hanya menikmati tanpa bertanya sama sekali. Aku merasa cukup pintar untuk merasa beruntung, namun cukup bodoh untuk membiarkannya tenggelam dalam bingung.

Kau menempati tanpa permisi, bersikap seolah semua ini sudah lama kau miliki. Kehadiranmu lambat laun menjadi sebuah kebutuhan untuk dipenuhi, seperti keharusan untuk tetap di sini sampai nanti. Hingga waktu yang tak pernah kita sepakati awal dan akhirnya, hingga rasa yang tak pernah kita setujui akan bermukim dan menguasai sisi hati sebelah mana.

Dan tibalah waktu di mana aku harus dihukum atas kelalaianku sendiri. Pada sebuah rasa yang aku biarkan tumbuh mengakar, yang kini telah mendominasi relung hati sebagian besar.

Kau terburu-buru berkemas hingga lupa memasukkan luka ini pergi bersamamu. Kau mengemasi semua rasa nyaman dalam sekoper harapan, kau alaskan kakimu dengan sepasang alasan, dan kau duduk di atas keegoisan sembari menunggu jadwal keberangkatan~